Selasa, 03 Februari 2009

Kote Etik Penelitian

Dengan semakin dekat hari-hari pemilihan umum dan pemilihan calon Presiden, maka banyak bermunculan jajak pendapat, survei, atau penelitian untuk mengangkat citra seseorang. Para calon Presiden rela merogoh kantung dalam-dalam demi citra dan popularitasnya. Untuk meningkatkan citra tersebut mereka "menyewa" lembaga-lembaga survei yang mereka nilai handal agar pencitraan diri mereka. Agar tambah bergengsi dan seakan-akan didukung kerja para peneliti yang valid dan handal. Hal tersebut tidak dapat dihindari. Hampir di semua negara maju, jajak pendapat dengan bantuan para wartawan, survei dan peneliti sangat banyak dilaksnakan. Mereka (para pemesan) berharap dapat meningkatkan citra, dan dari citra yang baik, misalnya pemimpin yang "pembela rakyat", mereka ujung-ujungnya dapat mendapat suara lebih banyak. Dan lembaga-lembaga penelitian, survei dan surat-surat kabar serta televisi mendpat untung besar.
Penelitian ada bermacam-macam. Untuk menghindari kesalah fahaman maka perlu dibedakan antar penelitan ilmiah dan penelitian non ilmiah. Penelitian ilmiah berbeda secara mendasar dengan peneltian non ilmiah. Penelitian ilmiah umumnya terikat kuat dengan beberapa bersyaratan, antara lain harus menjawab permasalahan yang baru, tidak boleh mengulang penelitian orang lain, harus logis, mempunyai dasar teori yang valid, mempunyai kerangka konsep yang jelas, dan metodologi yang sesuai dengan masalah dan tujua yang ingin dicapai. Sedangkan penelitian non ilmiah biasanya dikerjakan untuk kepentingan sesaat, misalnya untuk mencari keterangan apakah seseorang pemimpin, tokoh, disenangi oleh rakyat atau tidak, atau untuk menjajagi apakah sebuah peraturan dapat dilaksanakan secara efektif atau tidak.
Dua jenis penelitian tersebut seharusnya berpegang pada satu prinsip serta kode etik, yaitu mencari kebenaran, berdasarkan fakta dari lapangan. Seorang boleh meneliti apa saja asal dia memiliki kompetensi (keahlian) pada masalah yang diteliti dan juga memiliki kemampuan metodologi yan handal. Tanpa memiliki kemampuan metodologi yang handal, maka hasil penelitiannya akan cenderung bias, dan kurang bermanfaat. Artikel ini akan membahas dasar-dasar penelitian tersebut.
Dengan prinsip dan kode etik untuk mencari kebenaran maka tugas seorang peneliti cukup berat dan sibuk, karena berhadapan dengan masalah serta responden yang memiliki dinamika tinggi. Misalnya seorang surveiyor mendapat pesanan untuk menjajagi popularitas seorang tokoh, maka dia tidak dapat dengan serta merta menghubungi tokoh-tokoh lain, atau orang-orang yang kemungkinan dapat memberi jawaban atas masalah yang diinginkan. Peneliti harus mengadakan studi awal tentang masalah yang ingin dipecahkan. Mungkin studi tersebut merupa studi dokumen tentang rekam jejak tokoh tersebut selama dua tahun terakhir yang berkaitan dengan keberhasilan dan kegagalan yang dialaminya. Dia juga harus mempelajari masalah-masalah yang kontra versial dan bertententangan dengan tokoh tersebut. Dari tokoh lain yang sealiran atau dari tokoh yang berbeda pendapat juga harus dipertimbangkan secara jujur.
Setelah studi dokumen tersebut mantap, maka peneliti mulai menyusun kerangka dasar serta kerangka opersioanal. Pemilihan sampel penelitian harus hat-hati, jangan cenderung memilih responden yang dekat kota karena alasan transporasi dan sebagainya, tetapi kerangka sampel perlu dirumuskan seccra cermat agar tidak bias. Kalau kerangka sampel sudah solid, maka instrumen yang dipergunakan juga harus dijuik keandalannya sehingga hasil yang dicapai juga handal. Tanpa instrumen yang hadal serta mengambil data yang rajin dan tekun maka ada peluang besar bahwa hasilnya tidak valid. Bila semua peersyaratan tersebut telah dipenuhi dan dikerjakan secara baik, maka hasilnya akan cenderung valid.
Persyarata untuk memilih petugas lapanga juga perlu diperhatikan. Petugas lapangan harus dipilih orang-orang yang memiliki dedikasi terhadap kebenaran dan kerja, jujur dan disiplin. Disini terletak kunci awal dari validitas data. Seorang petugas lapangan yang tidak tekun, tidak teliti dan tidak jujur, akan cenderung mamasukan pendapat sendiri di dalam instrumen, maka mereka harus dilatih serta diberi bekal yang cukup.
Dalam kerja analisis maka yang bertugas adalah mereka yang telah memiliki pengalaman dengan jam terbang yang cukup, sehingga dapat memberi tafsiran yang cenderung tepat. Bila hal ini semua dapat dicapai, maka hasil serta rekomendasi dari penelitian tersersebut dapat dipercaya. Tetapi perlu juga diperhatikan bahwa semua hasil penelitian tidak ada yang benar mutlak. Karena apabila respondenya manusia, dia dapat berubah pendirian dari waktu-ke waktu sehingga harus disediakan peluang tingkat error. Tingkat error dapat ditolerensi sebesar lima persen.
Kalau lembaga survei mengikuti prissip kejujuran dan kebenaran, dengan kerangka konsep berdasarkan kode etik yang dikemukakan di atas maka hasilnya akan sangat lebih baik, dan lembaga-lembaga survei menjadi lembaga yang dapat menunjang keberhasilan demokrasi di negeri ini, dan dapat ditepis agapan sementara orang bahwa lembaga-lembaga survei hanya melayani pesanan, dan dan cenderung mengikuti kehendak yang membayar. Kan sayang bagi para surveyor.

Semarang, 3 Pebruari 2009.